Senin, 28 September 2009

Oktober, Pemkab Purbalingga Buka Lowongan CPNS

PURBALINGGA – Kabar gembira bagi pencari kerja yang berminat menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). Pemkab Purbalingga, memastikan pada pertengahan bulan Oktober akan membuka pendaftarannya. Jumlah formasi yang dibuka untuk umum sebanyak 197 orang. Hanya saja, formasi pendidikan apa saja yang dibutuhkan, masih menunggu keputusan dari Badan Kepegawaian Nasional (BKN). Pendaftaran di Purbalingga, kemungkinan besar akan serentak dilakukan bersamaan dengan semua kabupaten di Jateng.

Kepala Bidang Pengembangan dan Diklat Pegawai Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Purbalingga Edhy Suryono, S.Sos, Senin (28/9) mengatakan, jadwal penerimaan CPNS tengah dirapatkan bersama BKD se-Jateng. “Kami baru melaksanakan rakor tentang penjadwalan penerimaan CPNS. Soal tanggal pastinya belum ditentukan, namun dijadwalkan akan dilaksanakan antara Oktober-November mendatang,” kata Edhy.

Dikatakan Edhy, teknis penerimaan CPNS tahun 2009 ini berbeda dengan tahun sebelumnya yang melalui pos kilat khusus. Pendaftaran CPNS nantinya dilakukan melalui internet. "Pelamar akan mengisi format rekruitmen CPNS yang ada dalam alamat di internet. Namun, mereka hanya dapat melamar untuk satu formasi saja dan untuk satu daerah saja. Setelah mendaftar di internet, mereka baru mengirimkan syarat-syarat melalui pos,” kata Edhy.

Edhy merinci, untuk peneriaan CPNS tahun 2009, Purbalingga mendapat jatah dari pemerintah pusat sebanyak 287 formasi untuk pelamar umum, honorer dan sekretaris desa. Formasi tersebut terbagi untuk pelamar umum sebanyak 197, pelamar honorer sebanyak 75 formasi dan sekretaris desa sebanyak 15 formasi. ”Sebanyak 197 formasi pelamar umum disediakan untuk formasi tenaga kependidikan/guru (104), kesehatan (67) dan tenaga teknis (26),” jelas edhy.

Edhy menambahkan, khusus pengangkatan CPNS dari tenaga honorer, Pemkab akan mengangkat mereka yang telah terdaftar dalam database yang dikeluarkan BKN. Demikian pula, sekdes yang memenuhi syarat untuk diangkat sebagai CPNS.



Read more!

Rabu, 19 Agustus 2009

Sejarah Berdirinya Kabupaten Banyumas

[Klik di sini untuk Versi lengkap hasil Pansus Hari Jadi]

Kabupaten Banyumas berdiri pada tahun 1582, tepatnya pada hari Jum'at Kliwon tanggal 6 April 1582 Masehi, atau bertepatan tanggal 12 Robiul Awwal 990 Hijriyah. Kemudian ditetapkan dengan Peraturan Daerah (PERDA) Kabupaten Daerah Tingkat II Banyumas Nomor 2 tahun 1990.

Keberadaan sejarah Kabupaten Banyumas tidak terlepas dari pendirinya yaitu Raden Joko Kahiman yang kemudian menjadi Bupati yang pertama dikenal dengan julukan atau gelar ADIPATI MARAPAT (ADIPATI MRAPAT).

Riwayat singkatnya diawali dari jaman Pemerintahan Kesultanan PAJANG, di bawah Raja Sultan Hadiwijaya.
Kisah pada saat itu telah terjadi suatu peristiwa yang menimpa diri (kematian) Adipati Wirasaba ke VI (Warga Utama ke I) dikarenakan kesalahan paham dari Kanjeng Sultan pada waktu itu, sehingga terjadi musibah pembunuhan di Desa Bener, Kecamatan Lowano, Kabupaten Purworejo (sekarang) sewaktu Adipati Wirasaba dalam perjalanan pulang dari pisowanan ke Paiang. Dari peristiwa tersebut untuk menebus kesalahannya maka Sultan Pajang, memanggil putra Adipati Wirasaba namun tiada yang berani menghadap.

Kemudian salah satu diantaranya putra menantu yang memberanikan diri menghadap dengan catatan apabila nanti mendapatkan murka akan dihadapi sendiri, dan apabila mendapatkan anugerah/kemurahan putra-putra yang lain tidak boleh iri hati. Dan ternyata diberi anugerah diwisuda menjadi Adipati Wirasaba ke VII.
Semenjak itulah putra menantu yaitu R. Joko Kahiman menjadi Adipati dengan gelar ADIPATI WARGA UTAMA II.

Kemudian sekembalinya dari Kasultanan Pajang atas kebesaran hatinya dengan seijin Kanjeng Sultan, bumi Kadipaten Wirasaba dibagi menjadi empat bagian diberikan kepada iparnya.
1. Wilayah Banjar Pertambakan diberikan kepada Kyai Ngabei Wirayuda.
2. Wilayah Merden diberikan kepada Kyai Ngabei Wirakusuma.
3. Wilayah Wirasaba diberikan kepada Kyai Ngabei Wargawijaya.
4. Wilayah Kejawar dikuasai sendiri dan kemudian dibangun dengan membuka hutan Mangli dibangun pusat pemerintahan dan diberi nama Kabupaten Banyumas.

Karena kebijaksanaannya membagi wilayah Kadipaten menjadi empat untuk para iparnya maka dijuluki Adipati Marapat.

Siapakah Raden Joko Kahiman itu ?
R. Joko Kahiman adalah putra R. Banyaksasro dengan ibu dari Pasir Luhur. R. Banyaksosro adalah putra R. Baribin seorang pangeran Majapahit yang karena suatu kesalahan maka menghindar ke Pajajaran yang akhirnya dijodohkan dengan Dyah Ayu Ratu Pamekas putri Raja Pajajaran. Sedangkan Nyi Banyaksosro ibu R. Joko Kahiman adalah putri Adipati Banyak Galeh (Mangkubumi II) dari Pasir Luhur semenjak kecil R. Joko Kahiman diasuh oleh Kyai Sambarta dengan Nyai Ngaisah yaitu putrid R. Baribin yang bungsu.
Dari sejarah terungkap bahwa R. Joko Kahiman adalah merupakan SATRIA yang sangat luhur untuk bisa diteladani oleh segenap warga Kabupaten Banyumas khususnya karena mencerminkan :
a. Sifat altruistis yaitu tidak mementingkan dirinya sendiri.
b. Merupakan pejuang pembangunan yang tangguh, tanggap dan tanggon.
c. Pembangkit jiwa persatuan kesatuan (Majapahit, Galuh Pakuan, Pajajaran) menjadi satu darah dan memberikan kesejahteraan ke kepada semua saudaranya.

Dengan demikian tidak salah apabila MOTO DAN ETOS KERJA UNTUK Kabupaten Banyumas SATRIA.

Candra atau surya sengkala untuk hari jadi Kabupaten Banyumas adalah "BEKTINING MANGGALA TUMATANING PRAJA" artinya tahun 1582.
Bila diartikan dengan kalimat adalah "KEBAKTIAN DALAM UJUD KERJA SESEORANG PIMPINAN / MANGGALA MENGHASILKAN AKAN TERTATANYA ATAU TERBANGUNNYA SUATU PEMERINTAHAN".


PARA ADIPATI DAN BUPATI SEMENJAK BERDIRINYA
KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 1582

1. R. Joko Kahiman, Adipati Warga Utama II (1582-1583)
2. R. Ngabei Mertasura (1583-1600)
3. R. Ngabei Mertasura II (Ngabei Kalidethuk) (1601 -1620)
4. R. Ngabei Mertayuda I (Ngabei Bawang) (1620 - 1650)
5. R. Tumenggung Mertayuda II (R.T. Seda Masjid, R.T. Yudanegara I) Tahun 1650 - 1705
6. R. Tumenggung Suradipura (1705 -1707)
7. R. Tumenggung Yudanegara II (R.T. Seda Pendapa) Tahun 1707 -1743.
8. R. Tumenggung Reksapraja (1742 -1749)
9. R. Tumenggung Yudanegara III (1755) kemudian diangkat menjadi Patih Sultan Yogyakarta bergelar Danureja I.
10. R. Tumenggung Yudanegara IV (1745 - 1780)
11. R.T. Tejakusuma, Tumenggung Kemong (1780 -1788)
12. R. Tumenggung Yudanegara V (1788 - 1816)
13. Kasepuhan : R. Adipati Cokronegara (1816 -1830)
Kanoman : R. Adipati Brotodiningrat (R.T. Martadireja)
14. R.T. Martadireja II (1830 -1832) kemudian pindah ke Purwokerto (Ajibarang).
15. R. Adipati Cokronegara I (1832- 1864)
16. R. Adipati Cokronegara II (1864 -1879)
17. Kanjeng Pangeran Arya Martadireja II (1879 -1913)
18. KPAA Gandasubrata (1913 - 1933)
19. RAA. Sujiman Gandasubrata (1933 - 1950)
20. R. Moh. Kabul Purwodireja (1950 - 1953)
21. R. Budiman (1953 -1957)
22. M. Mirun Prawiradireja (30 - 01 - 1957 / 15 - 12 - 1957)
23. R. Bayi Nuntoro (15 - 12 - 1957 / 1960)
24. R. Subagio (1960 -1966)
25. Letkol Inf. Sukarno Agung (1966 -1971)
26. Kol. Inf. Poedjadi Jaringbandayuda (1971 -1978)
27. Kol. Inf. R.G. Rujito (1978 -1988)
28. Kol. Inf. H. Djoko Sudantoko (1988 - 1998)
29. Kol. Art. HM Aris Setiono, SH, S.IP (1998 - 2008)
30. Drs. H. Mardjoko, M.M. (2008 - sekarang)



Read more!

Senin, 17 Agustus 2009

Pawai Tujuhbelasan ‘Gebyar Purbalingga’

PURBALINGGA – Menyemarakan peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-64 kemerdekaan RI, Pemkab Purbalingga akan menggelar pawai dengan tema ‘Gebyar Purbalingga’. Pawai terdiri dari kelompok barisan, pawai kendaraan hias bermotor dan kendaraan hias tidak bermotor. Pawai digelar, Selasa (18/8) pagi dan siang hari.

Kasubag Pemberitaan & Media Massa Bagian Humas Setda Purbalingga Ir Prayitno,M.Si yang dihubungi wartawan, Senin (17/8) mengatakan, untuk pawai barisan/jalan kaki akan dimulai pukul 08.00 WIB. Sedang pawai kendaraan hias bermotor (mobil) dan kendaraan tidak bermotor dimulai pukul 12.00 WIB.

“Jumlah peserta pawai barisan termasuk drum band sekitar seratusan, sedang kendaraan hias non mesin sebanyak 9 kelompok dan mobil hias sebanyak 15 kelompok. Kendaraan sepeda motor tidak diperkenankan untuk menghindari kesan ugal-ugalan, polusi udara dan suara,” kata Prayitno.

Dijelaskan Prayitno, peserta pawai akan menampilkan berbagai kesenian, budaya, olah raga, potensi, kerajinan/produksi industri, perjuangan atau patriotisme, dan kreatifitas masyarakat lainnya yang merupakan gambaran atau refleksi dari kondisi Purbalingga. “Peserta pawai berasal dari kesatuan, instansi, lembaga pemerintah, swasta, BUMN, BUMD, ormas, OKP, perguruan tinggi, sekolah, madrasah, Korpri, hansip, Linmas, Osis, Pramuka dan kelompok lainnya,” kata Prayitno.

Rute yang dilalui, jelas Prayitno, untuk pawai barisan sejauh kurang lebih 4 kilometer yang dimulai dari Jl Pujowiyoto – Jl Kapten Sarengat – Jalan Letkol Isdiman – Jl Komisaris Notosumarsono – Jl. Jenderal A Yani – Jalan Jenderal Soedirman – finish di alun-alun. Sedang rute pawai kendaraan hias start dimulai di Jl Jenderal Soedirman (depan Pendopo Wakil Bupati) – Jl Kapten Sarengat –Jl Isdiman – Jl Kom Notosumarsono – Jl. Jendral A yani – Jl Jend Soedirman – finish di alun-alun. “Panggung kehormatanberada di jl Alun-alun Selatan atau di sebelah Barat SMA 1Muhamadiyah Purbalingga,” kata Prayitno.



Read more!

Kamis, 13 Agustus 2009

Wilayah Purbalingga Kaya Peninggalan Megalitikum

Purbalingga - Wilayah sisi Timur Gunung Slamet tepatnya di Kabupaten Purbalingga ternyata menyimpan kekayaan peninggalan budaya megalitikum. Namun selama ini, warisan budaya asli nenek moyang Indonesia itu belum dikonservasi dengan baik dan optimal. Ketika identifikasi awal yang dilakukan pada tahun 1981 dan 1983 di Desa Limbasari, Kecamatan Bobotsari ditemukan sedikitnya 18 situs bersejarah. Identifikasi dilanjutkan pada 1984 dan 1986 di wilayah Tipar Ponjen dan ditemukan lebih dari 20 situs bersejarah.

Hal tersebut diungkapkan Prof Dr Harry Truman Simanjuntak dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional pada lokakarya ’Menggali Potensi Geologi dan Arkeologi Kabupaten Purbalingga untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat’ di Andrawina Convention Hall Obyek Wisata Air Bojongsari (Owabong), Purbalingga, Selasa (11/8). Lokakarya tersebut digelar oleh Forum Wartawan Purbalingga (FWP), bekerjasama dengan Pemkab Purbalingga, Fakultas Sains jurusan teknik Geologi Unsoed, Balai Arkeologi, dan Teknik Geologi ITB Bandung.
Dikatakan Truman, selain banyak ditemukan kebudayaan megalitikum setidaknya ada 22 situs bengkel batu prasejarah pada beberapa daerah aliran sungai di Purbalingga. Dari artefak yang ditemukan, seluruhnya adalah peninggalan kebudayaan masa neolitikum. Salah satunya yang cukup menarik adalah ditemukannya gelang batu.
Dilihat dari artefak yang ditemukan, kata Truman, teknologi yang digunakan manusia pada masa itu sudah cukup maju dan menerapkan teknologi pasti karena tak ditemukan bentuk artefak yang janggal. Bahkan ada beberapa artefak yang menunjukkan hasil adopsi budaya perunggu berupa prototype kapak perunggu. "Ini menunjukkan, manusia pada masa itu telah memasuki periode baru, proto sejarah," kata Truman.
Pada umumnya masyarakat pada masa proto sejarah itu, lanjut Truman, banyak mengembangkan ide keagamaan dengan mendirikan bangunan batu berukuran besar atau megalitik. Budaya megal itik inilah yang menjadi ciri khas asli nenek moyang Indonesia, sebelum menerima pengaruh Hindu, Islam, dan kolonial.
Meskipun cukup mudah menemukan artefak neolitikum maupun megalitikum di Purbalingga, namun sejauh ini belum ada arkeolog yang dapat menemukan fosil hewan maupun manusia. Truman memperkirakan kesulitan itu dikarenakan sifat tanah yang asam sehingga menghancurkan fosil hewan maupun manusia yang ada di daerah itu.
Oleh karenanya, Truman menyampaikan saran kepada Pemerintah Kabupaten Purbalingga, agar mengonservasi peninggalan megalitikum yang banyak ditemukan di Purbalingga. Langkah-langkah konservasi itu dapat dilakukan dengan penelitian lebih lanjut, hasil penelitian disosialisasikan kepada masyarakat.
Kemudian melindungi situ-situs yang telah teridentifikasi, dan memanfaatkannya untuk kesejahteraan masyarakat. Pemanfaatan itu bisa untuk meningkatkan perekonomian masyarakat, kepentingan akademik, maupun memperkuat jati diri masyarakat akan daerahnya. "Masyarakat bisa lebih mengenal asal usulnya sehingga dapat membangun peradaban lebih baik," kata Truman.
Terlambat
Bupati Purbalingga Drs H Triyono Budi Sasongko, M.Si mengakui pihaknya terlambat menangani potensi geologi dan arkeologi yang menjadi kekayaan benda cagar budaya. Namun, Bupati Triyono menyatakan, dengan sisa waktu masa kepemimpinannya yang tinggal 10 bulan akan mengembangkan potensi ini demi peningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama melalui pengembangan geo-wisata.
”Saya akui terlambat, hal ini karena keterbatasan pemahaman kami dalam hal geologi dan arkeologi. Namun, saya akan memanfaatkan potensi tersebut dengan tetap menjaga kelestariannya,” kata Bupati Triyono sembari menambahkan pada tahun ini pula pihaknya akan membangun sebuah museum artefak sebagai sarana wisata edukasi, keunikan sekaligus wahana hiburan.
Selain Prof Truman, lokakarya yang dimaksudkan untuk memberikan rekomendasi kebijakan kepada Pemkab Purbalingga dalam menggali dan mengembangkan potensi arkeologi tersebut juga menghadirkan sejumlah pakar geologi dan arkeologi dari ITB dan praktisi geologi. Mereka adalah Dr Bambang Sulistiyanto, MA (Arkenas), yang membawakan materi strategi pengelolaan warisan budaya, Ir Sudjatmiko Dipl, Eng Geo (praktisi geologi dari Kelompok Riset Cekungan Bandung/KRCB) dengan materi potensi batu mulia di DAS Klawing Purbalingga, Drs Gentur Waluyo, M.Si (Geologi Unsoed) dengan materi peran perguruan tinggi dalam dalam pengembangan intelektualisme berkaitan dengan potensi geologi.
Kemudian Ir Ina H Koswara, M.Sc dan Drs T Bachtiar keduanya dari Teknik geologi ITB yang masing-masing membawakan materi pengembangan pariwisata berbasis geologi dan arkeologi di Purbalingga, serta materi kerja lapangan bagi pelajar SMP SMA; langkah penting dalam sosialisasi sumberdaya bumi dan budaya.



Read more!

Senin, 03 Agustus 2009

37 TK dan PAUD Ikuti Karnaval HAN

Purbalingga - Ratusan anak dari Taman Kanak-kanak dan PAUD di kabupaten Purbalingga mengikuti karnaval dalam rangka Hari Anak Nasional (HAN) tahun 2009. Karnaval diikuti oleh 37 TK dan PAUD yang ada di wilayah kecamatan Purbalingga, terdiri dari 31 TK dan 6 PAUD. Pelaksanaan karnaval mengambil start dari Alun-alun ke timur menuju ke jalan Onje, jalan DI Panjaitan ke barat, menuju jalan Jambu karang dan finish di komplek gedung Srikandi Purbalingga. Karnaval dibuka oleh Bupati Purbalingga Drs. Triyono Budi Sasongko Msi, Sabtu (25/7).

Karnaval HAN berlangsung sangat meriah, para peserta menikmati dengan riang gembira serta seluruh peserta karnaval TK dan PAUD memakai pakaian adat dan nasional. Sebagai simbol persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang ber-Bhineka Tunggal Ika.

Ketua Panitia Muntaqo Nurhadi mengatakan, kegiatan ini merupakan rangkaian kegiatan yang di selenggarakan dalam rangka memperingati hari anak nasional tingkat kabupaten Purbalingga, yang jatuh pada 23 Juli 2009. Karnaval diikuti oleh 31 TK dan 6 PAUD yang ada di kecamatan Purbalingga.

Ditambahkan Muntako Nurhadi, sesuai dengan tema hari anak nasional tahun 2009 saya anak Indonesia kreatif, inovatif dan Unggul untuk menhadapi tantangan di masa depan. Harapanya dengan adanya peringatan ini dapat memberikan semangat dan motivasi bagi anak-anak untuk mengembangkan dirinya, sehingga anak bangsa dapat berkembang secara optimal dalam menghadapi tantangan bangsa di masa datang. Di masa sekarang perlu adanya dorongan kepada anak, sebagai bekal menjadi penerus generasi bangsa.

Dijelaskan Muntako Nurhadi, puncak peringatan hari anak nasional rencananya akan diadakan Dialog Interaktif anak bangsa, di pendopo Dipokusumo bersama Bupati Purbalingga, tanggal 3 Agustus 2009 yang akan datang. Kegiatan ini akan diikuti oleh siswa TK, SD, SLTP dan SLTA se kabupaten Purbalingga.



Read more!

Limbah Gelang Batu Hasil Budaya Manusia Zaman Prasejarah Ditemukan di Purbalingga

PURBALINGGA, KOMPAS.com - Ahli batu mulia Sujatmiko bersama dosen dan mahasiswa Geologi Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, Sabtu (20/6), kembali menemukan potongan-potongan batu hasil buatan manusia zaman prasejarah di Desa Dagan, Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga.

Di Purbalingga pula sepekan lalu, ahli batu mulia dan mahasiswa geologi itu juga menemukan batu penetak dan batu mulia darah Kristus berserakan di sekitar Sungai Gintung, Desa Arenan, Kecamatan Kaligondang.

Kali ini, potongan batu yang ditemukan berupa beberapa potong limbah gelang batu berbahan dasar jasper hijau yang berbentuk cakram, yang diperkirakan berasal dari zaman neolitikum atau zaman batu baru. Benda bersejarah itu ditemukan di sekitar areal persawahan dan aliran sungai.

Sujatmiko mengatakan, sejak tahun 1983, kawasan sekitar Bobotsari sudah dikenal di kalangan masyarakat batu mulia maupun arkeolog sebagai salah satu situs budaya manusia zaman neolitikum. Hal itu menyusul dilepasnya sejumlah hasil penelitian para arkeolog Indonesia tentang temuan benda-benda prasejarah di Purbalingga tahun 1980-an, salah satunya hasil peneletian arkeolog Harry Truman Simanjuntak . Namun hasil penelitian tersebut kurang dipublikasikan sehingga hanya segelintir kalangan yang mengetahuinya.

"Kedatangan kami kali ini, untuk mengeksplorasi kembali hasil temuan Truman. Kawasan mana saja di Purbalingga ini yang memiliki persebaran batu-batu peninggalan budaya manusia neolitikum," katanya.

Seperti limbah gelang batu yang ditemukan, kata Se kretaris Jenderal Masyarakat Batu Mulia ini, merupakan temuan yang sangat menarik. Hal itu menandakan kegiatan manusia masa neolitikum di Purbalingga mulai melirik ke benda-benda estetik, bukan lagi berdasarkan fungsinya. " Dari sumber-sumber arkeologi, gelang batu ini dibuat manusia prasejarah dengan menggunakan bambu dan pasir," jelasnya .

Selain menemukan limbah gelang batu, para mahasiswa Geologi Unsoed yang ikut dalam eksplorasi itu menemukan banyak batu serpih dari jasper hijau yang biasa digunakan manusia prasejarah sebagai pisau, di sekitar areal persawahan. Kami tidak perlu menggali kok. Batu itu ada di sekitar permukaan, ucap salah seorang mahasiswa.

Dengan banyaknya temuan tersebut, Sujatmiko menduga kawasan sekitar Purbalingga merupakan kawasan bengkel peralatan manusia zaman neolitikum. Hal itu diperkuat dengan temuan kapak batu jasper hijau di Kabupaten Kebumen. Sementara, kawasan Kebumen tak memiliki sumber batu jasper hijau, melainkan Purbalingga yang memilikinya cukup banyak. Bisa jadi kapak hijau di Kebumen itu hasil distribusi dari Purbalingga, ujarnya.

Namun untuk membuktikannya, menurut Sujatmiko, akan banyak hal yang harus terus dieksplorasi. Contohnya, kemana saja batu-batu itu didistribusikan. Selain itu, dimana kerangka manusia zaman neolitikum yang membuatnya. "Sebab, di Museum Purbalingga pun dipajang fosil stegodon hasil temuan warga di Purbalingga ini. Itu menandakan ada kehidupan manusia prasejarah di sini," katanya.

Begitu juga yang diutarakan dosen Geologi Unsoed, Siswandi. Menurutnya, perlu terus dicari dimana zona utama pembuatan batu-batu peninggalan prasejarah itu. "Kuat kemungkinan, serakan batu-batu itu akibat terbawa arus sungai. Karena itu perlu dicari dimana zona utamanya," katanya.

Sebagai tindak lanjut, dalam waktu dekat ini, Sujatmiko bersama tim Geologi Institut Teknologi Bandung dan Unsoed, akan menyajikan temuan mereka dalam seminar. "Bupati Purbalingga sudah siap untuk memfasilitasinya. Para ahli arkeologi juga akan ikut hadir," jelas Sujatmiko. (*)


Read more!

Selasa, 23 Juni 2009

Jalan Kaki Cegah Kepikunan

OLAHRAGA atau aktivitas fisik yang ringan seperti jalan kaki sekalipun dapat meningkatkan kualitas kesehatan, mencegah beragam penyakit, bahkan mencegah kepikunan.

Bagi Anda yang mulai memasuki usia senja, janganlah takut menjadi lansia (manusia lanjut usia). Jargon "Tua itu pasti, sehat itu pilihan" mungkin bisa memacu semangat Anda untuk segera menerapkan pola hidup sehat. Ya, ilmu kedokteran preventif berulang kali menyerukan bahwa lebih baik mencegah daripada mengobati. Demikian halnya mereka yang sudah menerapkan pola hidup sehat sejak usia muda, di hari tua mereka menikmati efek "awet muda" sekaligus "awet sehat".

"Untuk memiliki tubuh yang sehat sebaiknya mengatur pola makan, olahraga teratur dan istirahat yang cukup," kata Ade Rai, instruktur fitnes sekaligus pemilik Klub Ade Rai.

Tak dimungkiri, olahraga maupun latihan fisik (exercise) merupakan cara alami untuk sehat. Begitu pun usia senja jangan dijadikan alasan untuk menghentikan aktivitas menyehatkan ini. Pasalnya, olahraga bahkan yang ringan seperti jalan kaki sekalipun berdampak positif terhadap kualitas kesehatan lansia secara keseluruhan.

Read more!